Beranda | Artikel
Macam-Macam Dosa dan Maksiat
Selasa, 1 Maret 2016

Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ وَمُبَلِّغُ النَّاسِ شَرْعِهِ؛ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ؛

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah. Dengan takwa, Allah akan menjaga seseorang. Dengan takwa, Allah ﷻ akan membimbing seseorang menuju kebaikan dalam setiap urusan, dunia dan akhirat.

Takwa adalah pondasi kebahagiaan. Takwa adalah jalan keselmatan. Dan takwa adalah sumber kesuksesan di dunia dan akhirat. Takwa adalah wasiat Allah ﷻ kepada orang-orang terdahulu hingga yang akhir kelak. Sebagaimana firman-Nya,

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 131).

Ibadallah,

Takwa bukanlah semata-mata kata yang diucapkan seseorang dengan lisannya. Bukan pula suatu klaim dan pengakuan. Hakikat takwa kepada Allah ﷻ adalah seseorang melakukan amalan ketaatan berdasarkan petunjuk dari Allah dengan berharap pahala dari-Nya. Dan meninggalakn perbuatan maksiat berdasarkan petunjuk dari Allah dengan perasaan takut akan adzab-Nya. Takwa kepada Allah adalah melakukan apa diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang. Oleh karena itu, kemaksiatan itu terbagi menjadi dua: melakukan yang dilarang dan meninggalkan yang diperintahkan.

Pertama: Meninggalkan perintah.

Inilah kemaksiatan yang dilakukan oleh Iblis kepada Rabbnya. Allah ﷻ perintahkan ia untuk bersujud pada Adam, tapi dia tidak mau.

Kedua: Melakukan yang dilarang.

Inilah dosa yang dilakukan Adam. Allah ﷻ melarangnya untuk memakan buah suatu pohon. Namun ia tetap memakannya. Adam pun menyesal. Kemudian bertaubat kepada Allah ﷻ.

Kedua hal ini adalah kemaksiatan kepada Allah ﷻ.

Ibadallah,

Dari sisi kadarnya, dosa juga terbagi menjadi dua: dosa besar dan dosa kecil. Tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus. Dan tidak ada dosa besar jika diiring taubat dan penyesalan. Dalam Alquran banyak dijelaskan tentang peringatan menjauhi dosa besar. Dan penjelasan hikmah dan buah dari menjauhi dosa besar itu berupa dampak yang terpuji dan keberkahan di dunia dan akhirat.

Dalam surat An-Nisa, Allah ﷻ mengabarkan bahwa orang yang menjauhi dosa besar, maka mereka mendapatkan ampunan dari kesalahan yang telah mereka lakukan dan memasukkan mereka ke surga.

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS:An-Nisaa | Ayat: 31).

Dalam surat Asy-Syura, Allah ﷻ menyebutkan sifat-sifat hamba-Nya yang memiliki keimanan sempurna, yakni menjauhi dosa besar.

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS:Asy-Syuura | Ayat: 37).

Dalam surat An-Najm, Allah menjanjikan rahmat dan ampunan bagi mereka yang menjauhi dosa besar. Allah ﷻ berfirman,

الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya.” (QS:An-Najm | Ayat: 32).

Wajib bagi setiap muslim menjauhi dosa besar. Menjauhi dosa-dosa tersebut adalah bagian dari pengetahuan tentang dosa itu. Karena bagaimana mungkin seseorang bisa menjauhinya apabila ia tidak mengetahui suatu perbuatan dikategorikan sebagai dosa. Apa yang harus dijaga seseorang ketika dia tidak mengetahui apa yang harus dijaga.

Nabi Muhamma ﷺ telah menasihati umatnya dengan nasihat yang sempurna. Beliau mengajak dan menyeru umatnya kepada semua kebaikan. Dan juga melarang mereka dari semua yang buruk dan rendah. Banyak riwayat dari beliau yang memperingatkan umatnya tentang dosa besar dan bahayanya. Serta apa yang dipersiapkan oleh Allah bagi pelakunya. Berupa hukuman di dunia dan akhirat.

Dosa besar adalah semua perbuatan yang mendapat hokum had di dunia dan ancaman di akhirat. Setiap perbuatan dosa yang disebutkan dalam Alquran dan hadits, diakhiri dengan laknat, ancaman yang keras, dan pelakunya diancam masuk neraka atau tidak dimasukkan ke dalam surga atau tidak mencium bau surga. Demikian juga dengan dosa yang disebutkan dengan kata-ktaka “tidak beriman” atau “bukan termasuk golongan kami”. Atau disebutkan juga dalam teks hadits sebagai dosa yang membinasakan. Semua itu menunjukkan bahwa dosa tersebut dosa besar.

Di antaranya adalah sebagaimana termaktub dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ

“Jauhilah 7 dosa yang membinasakan…”

Disebutkan denga kata membinasakan karena dosa-dosa ini membinasakan pelakunya di dunia dan akhirat.

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ : الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan.” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau bersabda, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali jika lewat jalan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, menuduh wanita mukminah yang baik-baik dengan tuduhan zina.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dalam Shahihain terdapat sebuah hadits dari Abi Bakrah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

“Perhatikanlah (wahai para sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau ﷺ mengatakannya tiga kali. Kemudian para sahabat mengatakan: “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau ﷺ bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua,” sebelumnya beliau bersandar, lalu beliau duduk dan bersabda, Perhatikanlah! Dan perkataan palsu (perkataan dusta),” beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya beliau berhenti”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Nabi ﷺ pernah melewati dua kuburan, lalu beliau berhenti di sana dan bersabda,

إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَنْزِهُ مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ

”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak memperhatikan kesucian dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar adu domba.”

Perhatikanlah “keduanya diadzab” di dalam kuburnya “diadzab bukan karena hal yang besar” maksudnya adalah keduanya diadzab bukan karena permasalahan yang dianggap besar oleh manusia. Bahkan sebabnya adalah perkara kecil dan remeh oleh orang-orang. Mengadu domba adalah sesuatu yang mudah untuk ditinggalkan. Bersuci dari kencing adalah perkara yang mudah bagi setiap orang. Karena perkara ini dianggap remeh, maka Nabi ﷺ ingatkan, ini bukanlah perakara remeh. Ini masalah serius dan besar. Bahkan termasuk dosa besar.

Dosa-dosa besar adalah pembahasan besar dalam bab fikih. Oleh karena itu, umat Islam harus memiliki perhatian besar dalam permasalahan ini. harus berusaha mengetahui dan memahaminya melalui nash-nash syariat. Dari sana akan muncul semangat dan dorongan untuk menjauhinya.

Para ulama semenjak dahulu, telah membahas permasalahan ini. Mereka menuliskannya dalam buku-buku mereka. Hendaknya kaum muslimin bersemangat mengkaji dan membacanya walaupun hanya sebagian buku saja. Sebagai nasihat dan pengetahuan tentang dosa-dosa besar. Dengan pengetahuan itulah kaum muslimin bisa menghindarinya.Di antara buku terbaik yang ditulis oleh para ulama dalam permasalahan ini adalah al-Kabair karya al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah. Buku beliau ini adalah buku yang sangat berharga.

Ya Allah perbaikilah urusan agama kami yang merupakan puncak urusan kami. Perbaikilah urusan dunia kami, tempat dimana kami hidup. Perbaikilah akhirat kami, tempat kembali kami. Dan jadikanlah kehidupan kami ini sebagai penambahan dalam segala kebaikan. Serta kematian kami sebagai peristirahatan dari semua keburukan. Ya Allah, ampuni semua dosa kami. Yang terperinci maupun tidak. Yang sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan.

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ:

اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى تَقْوَى مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يّسْمَعُهُ وَيَرَاهُ،

Ibadallah,

Pondasi ilmu adalah rasa takut kepada Allah ﷻ. Sebagaimana firman-Nya,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS:Faathir | Ayat: 28).

Semakin seorang hamba kenal kepada Allah, maka semakin ia merasa butuh beribadah kepada Allah dan semakin jauh dari kemaksiatan. Karena itu, seorang muslim butuh memperbaiki agamanya. Kemudian menjauhi perbuatan dosa dan kesalahan. Seorang muslim harus mengenal Allah ﷻ. Mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Mengenal bahwasanya ilmu Allah ﷻ itu meliputi segala sesuatu.

Mengetahui bahwasanya Allah itu mengawasi hamba-hamba-Nya. Dia mendengar apa yang mereka ucapkan. Mengetahui segala keadaan mereka. tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya. Barangsiapa yang tergoda untuk melakukan maksiat, ingatlah bahwa Allah ﷻ mengetahuinya dan mengawasinya. Karena itu, malulah kepada Allah.

Orang yang melakukan perbuatan dosa, hanyalah mereka yang berada dalam dua keadaan:

Pertama, ia menyangka Allah ﷻ tidak melihatnya. Yang demikian ini adalah kekufuran.

Kedua, ia yakin bahwa Allah melihatnya, namun ia remehkan hal itu.

Marilah, hendaknya kita bertakwa kepada Allah ﷻ dalam keadaan sepi atau di tengah keramaian. Dalam keadaan menyendiri ataupun dilihat orang. Ingatlah, orang yang cerdas adalah mereka yang menundukkan hawa nafsunya agar beramal untuk kehidupan setelah kematian. Dan orang yang lemah adalah mereka yang tertipu degan angan-angan.

وَاعْلَمُوْا أَنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ .

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْدِلْ ذُلَّ المُسْلِمِيْنَ عِزًّا وَفَقِرَهُمْ غِنَى، اَللَّهُمَّ وَأَصْلِحْ لَهُمْ شَأْنَهُمْ كُلَّهُ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَّاصِحَةَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَأَعِنَّا عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى، وَسَدِدْنَا فِي أَقْوَالِنَا وَأَعْمَالِنَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعِفَّةَ وَالغِنَى، اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَأَعِنَّا عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ. اَللَّهُمَّ اكْتُبْ لَنَا تَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللَّهُمَّ اكْتُبْ لَنَا تَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللَّهُمَّ اكْتُبْ لَنَا تَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ وَتُبْ عَلَى التَائِبِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّناَ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .

عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  .

Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/3897-macam-macam-dosa-dan-maksiat.html